Minggu, 21 Desember 2014

RESUME BUKU “PSIKOLOGI KEMALASAN”

Judul Buku    : Psikologi Kemalasan
Penulis          : Dr. Azam Syukur Rahmatullah,S.H.I.,M.S.I.,M.A
Penerbit         : Azkiya Media 
Tebal buku     : xii + 176 halaman 

 
BAB 1; MALAS SEBAGAI RAJANYA KETIDAKSUKSESAN
Malas, “Racunnya” Keberhasilan
Malas merupakan suatu penyakit yang memiliki sifat memanjakan, yang mana bila penyakit ini terus dipelihara akan mengakibatkan banyak sekali kerugian terutama waktu dan matinya dunia keberhasialan.
Orang yang sukses atau berhasil yaitu mereka yang tidak memperkaya diri dengan kemalasan. Diantaranya malas berjuang, malas sekolah, malas berfikir-produktif-aktif, malas bekerja, maupun berbagai kemalasan lainnya. Karena pada dasarnya orang yang malas baik disadari maupun tidak mereka telah membutakan mata hati dan fikirannya sendiri untuk tidak melihat suatu kebenaran yang menyatakan bahwa kemalasan bukanlah suatu hal yang pantas dipelihara, dituruti, serta dipuja-puji, dan kemalasan harus di singkirkan atau dibuang jauh-jauh dari dalam diri masing-masing pribadi, sehingga pantas jika mereka akan jauh dari yang namanya keberhasilan atau kesuksesan. Dan pada akhirnya orang-orang seperti mereka akan mengalami suatu penyesalan yang mendalam.
Penyesalan dibelakang mengandung beberapa unsur berikut :
·         Pengenbangan “pikiran cupet nan sempit” masih begitu kental
·         Lemahnya penghargaan atas dirinya sendiri
Sedangkan penyesalan di depan mengandung unsur :
·         Mengedepankan fikiran yang penuh kedewasaan
·         Menyadari sepenuhnya akan hakikat dirinya
Malas, “Penipu Ulung” bagi diri sendiri
Kemalasan adalah salah satu bentuk produk syaithan, yang tujuannya memperdaya manusia yakni melihat kehancuran dan kebinasaan manusia dari berbagai keberhasilan dan kesuksesan baik duniawi maupun ukhrowi. Suatu kemenangan bagi syaithan yaitu ketika mereka berhasil menipu daya manusia terlebih ketika seseorang tidak memiliki tujuan hidup ditambah minimnya kadar keimanan,maka akan sangat mudah bagi syaithan memperdayai dan menjerumuskannya.
Jika ingin bebas dari kemalasan maka seseorang harus bersungguh-sungguh menerapkan konsep ”kewaspadaan diri”. Dan jangan biarkan diri sendiri ditipu mentah-mentah oleh kepintaran syaithan.
Malas itu “Bom Waktu”
Salah satu karakteristik dari penyakit malas adalah flexibel, tanpa batas ruang dan waktu yang bisa mengena kepada siapa saja tanpa pandang bulu. Penyakit malas dikategorikan sebagai penyakit bom waktu karena kedatangan virus ini tidak bisa ditebak dan diduga-duga yang sewaktu-waktu bisa datang dan pergi.
Untuk meminimalisir serangan bom waktu yaitu dengan konsep kehati-hatian, sebagaimana yang digulirkan oleh hamka melalui kata-kata bijak berikut ini didengarkan, dicermati, dan direnungi yang nantinya akan membawa pada sisi pembentengan diri yang hidup yang bersifat selalu terjaga dan menjaga diri.
Malas itu “Penyakit Hati” yang Mematikan
Malas dikategorikan sebagai penyakit hati karena pada subtansinya yaitu berasal dari hati. Penyakit hati selalu di awali dari hal yang kecil atau sewajarnya. Kemalasan di anggap kecil manakala seseorang itu sengaja memalaskan diri karena punya tujuan tersendiri, sedangkan kemalasan dianggap besar manakala seseorang sudah tidak mampu mengendalikan kemalasan yang ada pada dirinya. Penyakit malas erat kaitannya dengan motivasi diri dalam hati. Ketika motivasi hati sangat kecil, maka kemalasan semakin menjadi-jadi dan ketika motivasi hati kuat maka kemalasan semakin terkikiskan.
Untuk menghindar dari penyakit  malas ini yaitu dengan cara menghidupkan hati agar segala perilaku dan tingkah laku menjadi hidup dan bermakna. Program penghidupan hati yakni program mengkayakan hati dengan sisi religiusitas yang tinggi salah satunya yaitu dengan melakukan muhasabah diri atau penghitungan diri.
Malas itu “Candu”
Kata candu disini memiliki arti menggemari, dan pada substansinya candu dibagi menjadi 2 yaitu candu yang beraliran hasanah dan candu yang beraliran sayyiah.
1.      Karakteristik candu yang beraliran sayyiah
·         Menarik madharat dan menghindarkan maslahat
Candu beraliran sayyiah ini lebih mengarah kepada kemudhartan (keburukan), seperti halnya kemalasan yang seharusnya ditinggalkan, tetapi justru dicari dan begitu di nikmati.
·         Pelan namun pasti mengikis kecerdasan kognisi, emosi, psikomotor
Kecerdasan kognisi identik dengan IQ yang bersumber dari akal. Menurut DR. Abdul Mujib kecerdasanakal terletak di dua tempat, yakni : Akal jasmani, yaitu organ tubuh yang letaknya berada di kepala (otak) dan akal ruhani,yang berarti cahaya atau qalbi dan daya nafsani yang dipersiapkan untuk memperoleh pengetahuan dan kognisi.
Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, dan juga kemampuan memotifasi diri-sendiri untuk selalu bertindak yang baik bahkan yang terbaik.
Selanjutnya kecerdasan psikomotorik yang menitik-beratkan kepada gerak dan tindakan.
2.      Karakteristik candu yang beraliran hasanah
§  Membawa pada posisi diri membutuhkan
Candu hasanah ini lebih mengarah kepada pembutuhan atas apa yang dikerjakan bukan sebagai kewajiban. Karena dalam skala kewajiban berarti masih banyak terdapat unsur keterpaksaan dalam menjalankan sesuatu, berbeda dengan posisi membutuhkan yaitu timbulnya rasa kesadaran diri.
§  Berkembang menuju arah kemajuan
Syarat untuk dapat menciptakan candu hasanah, antara lain :
Ø  Seseorang harus mengerti benar atau mendalami secara penuh urgensi sebuah ilmu
Ø  Keberanian bertindak, artinya berani melangkah kedepan
Ø  Memiliki kesadaran diri yang penuh, yang merupakan pepaduan erat antara ucapan, keyakinan dari hati, dan tindakan.

BAB 2 ; Menjadi “Manusia Pemalas” Salah Siapa ?
Siapa yang Harus Disalahkan
Menyandang predikat “disalahkan” adalah sesuatu yang bila dilihat dari kaca mata “positivistik” merupakan hal yang terbaik sebagai modal pengkoreksian diri menuju pintu perubahan. Dalam hal ini yang harus disalahkan tetaplah diri sendiri, karena sudah menyadari dirinya pemalas tetapi tidak berusaha untuk mengobati diri, dan ditambah dengan tidak adanya niat dan perjuangan yang keras untuk sembuh. Mengetahui kekurangan diri adalah tangga untuk mencapai cita-cita. Berusaha terus-menerus untuk mengisi kekurangan adalah keberanian yang luar biasa.”(Hamka)
Kegengsian hanya akan membawa pada titik kehancuran diri. Berikut faktor/penyebab seseorang mendominasikan dirinya terhadap rasa kegengsian:
1)      Perbedaan latar belakang keluarga
Keluarga sangat berperan aktif dalam membentuk kepribadian seseorang, karena baik buruknya seorang anak berawal dari lingkungan keluarga.
2)      Perbedaan pemahaman pendidikan yang diperoleh
Pendidikan adalah tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dsb. Seharusnya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin besar perubahan positif terhadap diri sendiri. Dan semakin rendah pendidikan yang diperoleh maka semakin kecil perubahan positif diri sendiri. Namun sekarang banyak terjadi pemutaran realita, mereka yang berpendidikan tinggi  justru semakin tinggi pula rasa kegengsian dan keegoisan dirinya dan mereka yang berpendidikan rendah malah menerima dengan apa adanya.
3)      Perbedaan kebiasaan-kebiasaan
Kebiasaan yang baik akan menghasilkan suatu hasil yang baik. Begitu juga sebaliknya, kebiasaan buruk akan menghasilkan suatu yang buruk .
4)      Perbedaan corak berfikir
Corak berfikir yang negatif tentu akan menghasilkan suatu nilai yang negatif, sehingga suatu kritikan dianggap melecehkan atau menghina. Berbeda dengan corak positif, suatu kritikan dijadikan sebagai modal perubahan, menjadikan diri sebagai sosok yang berkualitas.
Malas : Sebuah Pilihan yang Keliru
Fitrah manusia ada di antara dua jalan persimpangan yakni jalan kemulian dan jalan keburukan. Menurut Ubaydilah, AN (2003) idealnya ada tiga perangkat penting yang harus dimiliki seseorang agar tidak salah sasaran dalam menentukan pilihannya, apalagi berhubungan dengan masalah malas ini, yakni:
1.      Pangkat berupa perasaan
Perasaan adalah perangkat internal untuk merasakan godaan dan tawaran yang dapat membedakan baik dan buruk.
2.      Pangkat berupa hati
Pada hakikatnya hati memiliki dua sisi yang saling kontradiksi. Dan dua sisi ini dapat dilihat dari hati yang mati dan hati yang hidup. Jika hati jatuh kedalam pengendalian nafs dan sifat-sifatnya yang buruk maka hati menjadi mati. Sedangkan jika hati terisi dengan sifat-sifat spiritual dan kemanusiaan maka hati akan hidup.
3.      Pangkat berupa akal
Akal berfungsi untuk menalar antara materi yang tepat dan yang tidak tepat. Tugas akal salah satunya adalah berfikir, hasil dari berfikir inilah yang menentukan langkah.
Budaya Mentang-Mentang (Budaya yang Meninabobokan Diri Sendiri)
Budaya mentang-mentang adalah budaya tentang keakuan diri yang menyatakan bahwa diri sendiri sudah merasa sukses sehingga tidak perlu lagi mengembangkan kreativitas lagi atau sudah merasa pintar sehingga tidak perlu lagi mengembangkan kecerdasan kognisi lagi,dsb. Ada 4 faktor yang menjadikan diri terkena budaya mentang-mentang, yaitu:
1)      Problem Belajar
Proses belajar yang baik yaitu apapun jenis pembelajarannya,baik formal, non formal maupun informal adalah proses belajar yang mampu mengarahkan diri dari berbagai bentuk perubahan terutama perubahan dalam segi tingkah laku. Slameto(1995:2-4)
Untuk menyingkirkan penyakit budaya mentang-mentang ini yaitu dengan konsep belajar terus menerus bahwasannya hidup itu untuk belajar, bukan belajar untuk hidup.
2)      Problem Motivasi
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir(2002:244) mendefinisikan motivasi sebagai akumulasi daya dan kekuatan yang ada dalam diri seseorang untuk mendorong, merangsang, menggerakan, membangkitkan, dan memberi harapan pada tingkah laku.
Cara pembinaan dalam menumbuhkan motivasi diri sesuai pemaparan Didin dan Hafidhunddin dan Hendri Tanjung(2003:49) yakni: pembinaan dari dalam, mengeksiskan motivasi diri dengan keteladanan, penekanan pada tujuan.
3)      Problem Perilaku
Periaku seseorang menentukan sikap. Bila perilaku yang diterapkan dalam diri individu positif maka sikap yang akan di ambil oleh si individu pun akan positif, begitu sebaliknya. Oleh sebab itu kecerdasan intrapersonal atas diri seseorang sangat dibutuhkan, yakni kecerdasan dalam mengintropeksi dirinya sendiri, sehingga seseorang tersebut dapat menjadi manusia yang mampu memahami perasaan, tingkah laku dan pemikiran diri sendiri.
4)      Problem Emosional
Emosi adalah suatu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam serta dibarengi dengan perasaan yang kuat atau disertai dengan keadaanefektif. Netty Hartati dkk.,(2004:108)
Demam Kemalasan; Sebuah Pembohongan Hati Nurani
Hati nurani adalah hati yang bersih, hati yang jujur, hati yang tidak pernah mati yang senantiasa membawa pada jalan kebenaran dan kebajikan, meski sering kali adanya penolakan dan pembrontakan. Sayangnya ego negatif seringkali mengalahkan hati nurani sehingga perilaku negatif pun dengan lapangnya terkonsumsi, sebagaimana halnya penyakit malas.
Kebahagiaan hakiki adalah kebahagiaan yang dihasilkan dari sebuah perjuangan positif. Sementara kebahagiaan karena kemalasan merupakan konsep kebahagiaan yang salah kaprah, karena datangnya dari sebuah ketidakbenaran.
Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir nafsu ada 3 yaitu nafsu amarah (kedurjanaan), lawwamah (keseimbangan), dan muthmainnah (mengarahkan kepada titik pertaubatan individu yang hakiki). Sedangkan konsep Sigmund Freud ada 3 juga yaitu, id, ego, dan super ego. Lalu permasalahan kemalasan yang merupakan bentuk dari penafikan hati nurani bisa dikategorikan dalam ranah id atau nafsu amarah.
Untuk menjaga hati agar tetap bisa bekerja sesuai dengan tugasnya dapat dilakukan beberapa hal yaitu:
1.      Mengakui kekerasan hati diri sendiri
2.      Menjauhkan diri dari syahwat yang tidak sah penyalurannya
3.      Memperbanyak mengingat Allah SWT.

BAB 3 ; Mengapa Harus Muncul Tinjauan Sebab-Musabab Kemalasan Datang
Keringnya “Tujuan Hidup Positif” (Pemicu Hadirnya Malas yang Kritis)
Salah satu pembeda aktif tidaknya seseorang dalam kehidupan terletak pada subur dan tidaknya tujuan hidup yang dimiliki. Dan salah satu bentuk nyata akibat negatif dari orang-orang lemah atau keringnya tujuan hidup adalah hadirnya kemalasan diri. Mereka senantiasa mengedepankan kepasrahan nonproduktif, mengatasnamakan prinsip tawakal yang salah kaprah.
Kemalasan bisa datang kepada seseorang bilamana mereka  tidak memiliki rancangan tujuan hidup yang jelas dan tidak kuat menghadapi kenyataan pahit yang menghadang diri saat perjalanan menuju hari depan. Untuk itu ada beberapa hal yang harus dilakukan agar terhindar dari kemalasan yaitu:
1.      Melakukan pembaharuan tujuan hidup.
2.      Pembaharuan niat: menuju kemantapan niat.
3.      Pembaharuan semangat untuk terus berjuang.

Putusnya Mata Rantai Motivasi: Penghambat Berprestasi dan Pemicu Kemalasan
Hal terpenting yang tidak boleh ditinggalkan adalah motivasi. Kekeringan motivasi merupakan salah satu penyebab besar munculnya kemalasan. Motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak. Motivasi memiliki lingkaran mata rantai yang bila salah satunya terputus atau lemah maka akan mematikan langkah selanjutnya menuju apa yang diinginkan. Ketiga lingkaran mata rantai itu adalah:
1.      Keadaan terdorong dalam diri seseorang (driving state)
2.      Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini (instrumental behavior)
3.      Tujuan yang dituju oleh perilaku (goal)

Kemiskinan Kesehatan Mental (Lebih Berbahaya dari Kemiskinan yang Sebenarnya)
Ketika seseorang telah terjangkiti kemiskinan kesehatan mental maka segala tindak tanduk yang dilakukan tidak akan terarahkan dengan baik. Kesehatan mental adalah suatu keadaan di mana seseorang mampu mengkondisikan dirinya sendiri kearah positivisme-act seperti ketenangan jiwa, pemaksimalan potensi diri, yang dengan itu semua orang bisa mewujudkan kebaikan-kebaikan tingkah laku yang kemudian berimbas pada kebahadiaan lahir dan batin. Bila kesehatan mental seseorang lemah maka yang akan terjadi adalah keputus-asaan dalam penderitaan.

Degradasi Manajemen Diri (Pangkal Dasar dari Ketidakberdayaan Diri Melawan Kemalasan)
Kemauan dan kemampuan merupakan dua hal penting dalam  konteks manajemen diri sendiri. Seseorang yang memiliki kekuatan besar dalam me-manage dirinya akan mampu menghadang dirinya dari keterpurukan karena kemalasan.
Beberapa fungsi manajemen yang seyogyanya diterapkan dalam diri sebagai tameng yaitu, perencanaan (planning), mengorganisasikan diri (organizing), pengawasan (control), dan pembaharuan (inovasi).


BAB 4 ; MENUJU REFORMASI KELEMAHAN
(TIPS SUBTANTIF MENGHILANGKAN RASA MALASYANG BERKEPANJANGAN)
Memberdayakan Optimistic Attitude
Sikap optimis adalah salah satu cara untuk melawan kemalasan. Menurut Triantoro Safaria ada 5 kekuatan utama Optimistic Quotient yang bisa menghalau penyakit malas yang terlalu dalam, yaitu:
1.      Pengendalian distorsi kognitif
2.      Penguasaan kendali diri (self-control)
3.      Penguasaan penalaran optimistik
4.      Kekuatan transendental coping
5.      Kekuatan visioner
Berkaca dari Film The Secret (Kebangiktan dari Dunia Kemalasan)
Film The Secret merupakan film yang muatan “motivasi konstruktif-nya” cukup tinggi untuk masing-masing personal. Dalam film The Secret ini diterangkan pula bahwa seseorang terkadang susah mengolah atau me-manage pikiran dengan baik. Hal inilah yang menjadikan seseorang mengalami kegagalan sebelum impiannya tercapai.
Ada 3 hal penting yang bisa dilakukan untuk meraih kesuksesan hidup, yaitu:
1.      Meminta apa saja yang diinginkan oleh diri sendiri dan menuliskan kesemua itu di kertas.
2.      Mencoba menjawab permintaan yang telah dituliskan.
3.      Tahap menerima dan menghargai apapun yang menjadi keputusan Ilahi atas hasil yang diperoleh.

Orang yang Berfungsi Sesungguhnya (Qaul Roggers dalam Meraih Kebermaknaan Hidup untuk Membebaskan Penyakit Malas)
A.     Pendekatan Roggers terhadap Kepribadian
Hasil yang diperoleh Roggers sehubungan dengan konsep kepribadian adalah:
1.         Makhluk yang sadar dan rasional
2.         Pengalaman masa lampau
B.     Motivasi Orang yang Sehat: Aktualisasi
Roggers membagi aktualisasi menjadi 2 bagian yaitu:
1.      Aktualisasi fisiologis; merupakan aktualisasi yang sifatnya mendasar dan berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia seperti makanan, air, dan udara.
2.      Aktualisasi Psikologis; merupakan aktualisasi setingkat lebih tinggi dari aktualisasi fisiologis. Dimana seseorang mulai menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi-potensi psikologisnya yang unik.
C.     Perkembangan Diri
Konsepnya menggunakan self concept yakni pengertian diri, yang berarti pula usaha dari seseorang untuk mengerti dan memahami diri akan bagaimana diri sendiri diarahkan. Sehubungan dengan itu ada 2 arahan yang bisa menentukan akan bagaimana diri sendiri dibawa yakni:
1.         Penghargaan positif bersyarat. Contoh: bila tingkah lakunya baik maka akan mendapatkan cinta dan kasih sayang.
2.         Penghargaan positif tanpa syarat. Ini yang terbaik karena seseorang akan semakin mudah mengeksiskan diri dalam ranah kecerdasan kognisi, afeksi, dan psikomotor tanpa halangan apapun.
D.     Orang yang Berfungsi Sepenuhnya
Ia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.         Keterbukaan pada Pengalaman
2.         Kehidupan Eksistensial
3.         Kepercayaan terhadap Organisme Orang Sendiri
4.         Perasaan Bebas
5.         Kreatifitas

Pendekatan Psikoterapi Islam sebagai Penghapus Titik Noda Kemalasan
Pendekatan ini cukup bisa diandalkan mengingat ada sisi Ilahiyah di dalamnya. Psikoterapi itu sendiri merupakan pengobatan yang dipusatkan pada alam pikiran. Tujuannya adalah:
·         Membantu penderita memahami dirinya.
·         Membantu penderita dalam mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi.
·         Membantu penderita dalam menentukan langkah-langkah praktis dan pelaksanaan     terapinya.
Metode penyembuhan psikoterapi Islam melalui tiga metode:
·         Tahap pembersihan diri
·         Tahap pengembangan diri
·         Tahap penyempurnaan diri


PENUTUP
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan buku ini yaitu pada cara penyampaiannya yang begitu menarik, yang di apresiasikan dalam beberapa contoh dan pendapat-pendapat para ilmuan lain yang mendukung sehingga mudah dicerna.
Kekurangan buku ini yaitu dalam penyampaiannya banyak menggunakan bahasa asing.

1 komentar:

  1. Assalamualaikum..
    selamat malam

    mohon info apakah masih ada tentang buku ini?
    saya lagi mencari referensi tentang malas.
    teerimakasih mohon info ya?
    jika ada bisa pesan balik ke hiraganachozurro@gmail.com

    BalasHapus