RESUME BUKU “PSIKOLOGI KEMALASAN”
Judul Buku : Psikologi Kemalasan
Penulis : Dr. Azam Syukur
Rahmatullah,S.H.I.,M.S.I.,M.A
Penerbit
: Azkiya Media
Tebal
buku : xii + 176 halaman
BAB
1; MALAS SEBAGAI RAJANYA KETIDAKSUKSESAN
Malas, “Racunnya” Keberhasilan
Malas
merupakan suatu penyakit yang memiliki sifat memanjakan, yang mana bila
penyakit ini terus dipelihara akan mengakibatkan banyak sekali kerugian
terutama waktu dan matinya dunia keberhasialan.
Orang
yang sukses atau berhasil yaitu mereka yang tidak memperkaya diri dengan
kemalasan. Diantaranya malas berjuang, malas sekolah, malas
berfikir-produktif-aktif, malas bekerja, maupun berbagai kemalasan lainnya.
Karena pada dasarnya orang yang malas baik disadari maupun tidak mereka telah
membutakan mata hati dan fikirannya sendiri untuk tidak melihat suatu kebenaran
yang menyatakan bahwa kemalasan bukanlah suatu hal yang pantas dipelihara,
dituruti, serta dipuja-puji, dan kemalasan harus di singkirkan atau dibuang
jauh-jauh dari dalam diri masing-masing pribadi, sehingga pantas jika mereka
akan jauh dari yang namanya keberhasilan atau kesuksesan. Dan pada akhirnya
orang-orang seperti mereka akan mengalami suatu penyesalan yang mendalam.
Penyesalan
dibelakang mengandung beberapa unsur berikut :
·
Pengenbangan “pikiran cupet nan sempit” masih begitu
kental
·
Lemahnya penghargaan atas dirinya sendiri
Sedangkan
penyesalan di depan mengandung unsur :
·
Mengedepankan fikiran yang penuh kedewasaan
·
Menyadari sepenuhnya akan hakikat dirinya
Malas, “Penipu Ulung” bagi diri
sendiri
Kemalasan
adalah salah satu bentuk produk syaithan, yang tujuannya memperdaya manusia
yakni melihat kehancuran dan kebinasaan manusia dari berbagai keberhasilan dan
kesuksesan baik duniawi maupun ukhrowi. Suatu kemenangan bagi syaithan yaitu
ketika mereka berhasil menipu daya manusia terlebih ketika seseorang tidak
memiliki tujuan hidup ditambah minimnya kadar keimanan,maka akan sangat mudah
bagi syaithan memperdayai dan menjerumuskannya.
Jika
ingin bebas dari kemalasan maka seseorang harus bersungguh-sungguh menerapkan
konsep ”kewaspadaan diri”. Dan jangan biarkan diri sendiri ditipu mentah-mentah
oleh kepintaran syaithan.
Malas itu “Bom Waktu”
Salah
satu karakteristik dari penyakit malas adalah flexibel, tanpa batas ruang dan
waktu yang bisa mengena kepada siapa saja tanpa pandang bulu. Penyakit malas
dikategorikan sebagai penyakit bom waktu karena kedatangan virus ini tidak bisa
ditebak dan diduga-duga yang sewaktu-waktu bisa datang dan pergi.
Untuk
meminimalisir serangan bom waktu yaitu dengan konsep kehati-hatian, sebagaimana
yang digulirkan oleh hamka melalui kata-kata bijak berikut ini didengarkan,
dicermati, dan direnungi yang nantinya akan membawa pada sisi pembentengan diri
yang hidup yang bersifat selalu terjaga dan menjaga diri.
Malas itu “Penyakit Hati” yang
Mematikan
Malas
dikategorikan sebagai penyakit hati karena pada subtansinya yaitu berasal dari
hati. Penyakit hati selalu di awali dari hal yang kecil atau sewajarnya. Kemalasan
di anggap kecil manakala seseorang itu sengaja memalaskan diri karena punya
tujuan tersendiri, sedangkan kemalasan dianggap besar manakala seseorang sudah
tidak mampu mengendalikan kemalasan yang ada pada dirinya. Penyakit malas erat
kaitannya dengan motivasi diri dalam hati. Ketika motivasi hati sangat kecil,
maka kemalasan semakin menjadi-jadi dan ketika motivasi hati kuat maka
kemalasan semakin terkikiskan.
Untuk
menghindar dari penyakit malas ini yaitu
dengan cara menghidupkan hati agar segala perilaku dan tingkah laku menjadi
hidup dan bermakna. Program penghidupan hati yakni program mengkayakan hati
dengan sisi religiusitas yang tinggi salah satunya yaitu dengan melakukan
muhasabah diri atau penghitungan diri.
Malas itu “Candu”
Kata
candu disini memiliki arti menggemari, dan pada substansinya candu dibagi
menjadi 2 yaitu candu yang beraliran hasanah dan candu yang beraliran sayyiah.
1.
Karakteristik candu yang beraliran sayyiah
·
Menarik madharat dan menghindarkan maslahat
Candu beraliran sayyiah ini lebih
mengarah kepada kemudhartan (keburukan), seperti halnya kemalasan yang
seharusnya ditinggalkan, tetapi justru dicari dan begitu di nikmati.
·
Pelan namun pasti mengikis kecerdasan kognisi,
emosi, psikomotor
Kecerdasan kognisi identik dengan
IQ yang bersumber dari akal. Menurut DR. Abdul Mujib kecerdasanakal terletak di
dua tempat, yakni : Akal jasmani, yaitu organ tubuh yang letaknya berada di
kepala (otak) dan akal ruhani,yang berarti cahaya atau qalbi dan daya nafsani
yang dipersiapkan untuk memperoleh pengetahuan dan kognisi.
Kecerdasan emosional merupakan
suatu kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain,
dan juga kemampuan memotifasi diri-sendiri untuk selalu bertindak yang baik
bahkan yang terbaik.
Selanjutnya kecerdasan
psikomotorik yang menitik-beratkan kepada gerak dan tindakan.
2.
Karakteristik candu yang beraliran hasanah
§
Membawa pada posisi diri membutuhkan
Candu hasanah ini lebih mengarah
kepada pembutuhan atas apa yang dikerjakan bukan sebagai kewajiban. Karena
dalam skala kewajiban berarti masih banyak terdapat unsur keterpaksaan dalam
menjalankan sesuatu, berbeda dengan posisi membutuhkan yaitu timbulnya rasa
kesadaran diri.
§
Berkembang menuju arah kemajuan
Syarat untuk dapat menciptakan
candu hasanah, antara lain :
Ø
Seseorang harus mengerti benar atau mendalami secara
penuh urgensi sebuah ilmu
Ø
Keberanian bertindak, artinya berani melangkah
kedepan
Ø
Memiliki kesadaran diri yang penuh, yang merupakan
pepaduan erat antara ucapan, keyakinan dari hati, dan tindakan.
BAB
2 ; Menjadi “Manusia Pemalas” Salah Siapa ?
Siapa yang Harus Disalahkan
Menyandang
predikat “disalahkan” adalah sesuatu yang bila dilihat dari kaca mata
“positivistik” merupakan hal yang terbaik sebagai modal pengkoreksian diri
menuju pintu perubahan. Dalam hal ini yang harus disalahkan tetaplah diri sendiri,
karena sudah menyadari dirinya pemalas tetapi tidak berusaha untuk mengobati
diri, dan ditambah dengan tidak adanya niat dan perjuangan yang keras untuk
sembuh. Mengetahui kekurangan diri adalah tangga untuk mencapai cita-cita.
Berusaha terus-menerus untuk mengisi kekurangan adalah keberanian yang luar
biasa.”(Hamka)
Kegengsian
hanya akan membawa pada titik kehancuran diri. Berikut faktor/penyebab seseorang
mendominasikan dirinya terhadap rasa kegengsian:
1)
Perbedaan latar belakang keluarga
Keluarga
sangat berperan aktif dalam membentuk kepribadian seseorang, karena baik
buruknya seorang anak berawal dari lingkungan keluarga.
2)
Perbedaan pemahaman pendidikan yang diperoleh
Pendidikan
adalah tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk
menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan,
sikap dsb. Seharusnya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin
besar perubahan positif terhadap diri sendiri. Dan semakin rendah pendidikan
yang diperoleh maka semakin kecil perubahan positif diri sendiri. Namun
sekarang banyak terjadi pemutaran realita, mereka yang berpendidikan
tinggi justru semakin tinggi pula rasa
kegengsian dan keegoisan dirinya dan mereka yang berpendidikan rendah malah
menerima dengan apa adanya.
3)
Perbedaan kebiasaan-kebiasaan
Kebiasaan
yang baik akan menghasilkan suatu hasil yang baik. Begitu juga sebaliknya,
kebiasaan buruk akan menghasilkan suatu yang buruk .
4)
Perbedaan corak berfikir
Corak
berfikir yang negatif tentu akan menghasilkan suatu nilai yang negatif,
sehingga suatu kritikan dianggap melecehkan atau menghina. Berbeda dengan corak
positif, suatu kritikan dijadikan sebagai modal perubahan, menjadikan diri
sebagai sosok yang berkualitas.
Malas : Sebuah Pilihan yang
Keliru
Fitrah
manusia ada di antara dua jalan persimpangan yakni jalan kemulian dan jalan
keburukan. Menurut Ubaydilah, AN (2003) idealnya ada tiga perangkat penting
yang harus dimiliki seseorang agar tidak salah sasaran dalam menentukan
pilihannya, apalagi berhubungan dengan masalah malas ini, yakni:
1.
Pangkat berupa perasaan
Perasaan
adalah perangkat internal untuk merasakan godaan dan tawaran yang dapat
membedakan baik dan buruk.
2.
Pangkat berupa hati
Pada
hakikatnya hati memiliki dua sisi yang saling kontradiksi. Dan dua sisi ini
dapat dilihat dari hati yang mati dan hati yang hidup. Jika hati jatuh kedalam
pengendalian nafs dan sifat-sifatnya yang buruk maka hati menjadi mati.
Sedangkan jika hati terisi dengan sifat-sifat spiritual dan kemanusiaan maka
hati akan hidup.
3.
Pangkat berupa akal
Akal
berfungsi untuk menalar antara materi yang tepat dan yang tidak tepat. Tugas
akal salah satunya adalah berfikir, hasil dari berfikir inilah yang menentukan
langkah.
Budaya
Mentang-Mentang (Budaya yang Meninabobokan Diri Sendiri)
Budaya
mentang-mentang adalah budaya tentang keakuan diri yang menyatakan bahwa diri
sendiri sudah merasa sukses sehingga tidak perlu lagi mengembangkan kreativitas
lagi atau sudah merasa pintar sehingga tidak perlu lagi mengembangkan
kecerdasan kognisi lagi,dsb. Ada 4 faktor yang menjadikan diri terkena budaya
mentang-mentang, yaitu:
1)
Problem Belajar
Proses
belajar yang baik yaitu apapun jenis pembelajarannya,baik formal, non formal
maupun informal adalah proses belajar yang mampu mengarahkan diri dari berbagai
bentuk perubahan terutama perubahan dalam segi tingkah laku. Slameto(1995:2-4)
Untuk
menyingkirkan penyakit budaya mentang-mentang ini yaitu dengan konsep belajar
terus menerus bahwasannya hidup itu untuk belajar, bukan belajar untuk hidup.
2)
Problem Motivasi
Abdul
Mujib dan Jusuf Mudzakir(2002:244) mendefinisikan motivasi sebagai akumulasi
daya dan kekuatan yang ada dalam diri seseorang untuk mendorong, merangsang,
menggerakan, membangkitkan, dan memberi harapan pada tingkah laku.
Cara
pembinaan dalam menumbuhkan motivasi diri sesuai pemaparan Didin dan
Hafidhunddin dan Hendri Tanjung(2003:49) yakni: pembinaan dari dalam,
mengeksiskan motivasi diri dengan keteladanan, penekanan pada tujuan.
3)
Problem Perilaku
Periaku
seseorang menentukan sikap. Bila perilaku yang diterapkan dalam diri individu
positif maka sikap yang akan di ambil oleh si individu pun akan positif, begitu
sebaliknya. Oleh sebab itu kecerdasan intrapersonal atas diri seseorang sangat
dibutuhkan, yakni kecerdasan dalam mengintropeksi dirinya sendiri, sehingga
seseorang tersebut dapat menjadi manusia yang mampu memahami perasaan, tingkah
laku dan pemikiran diri sendiri.
4)
Problem Emosional
Emosi
adalah suatu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan
perubahan-perubahan secara mendalam serta dibarengi dengan perasaan yang kuat
atau disertai dengan keadaanefektif. Netty Hartati dkk.,(2004:108)
Demam Kemalasan; Sebuah
Pembohongan Hati Nurani
Hati nurani adalah hati yang bersih, hati yang
jujur, hati yang tidak pernah mati yang senantiasa membawa pada jalan kebenaran
dan kebajikan, meski sering kali adanya penolakan dan pembrontakan. Sayangnya
ego negatif seringkali mengalahkan hati nurani sehingga perilaku negatif pun
dengan lapangnya terkonsumsi, sebagaimana halnya penyakit malas.
Kebahagiaan
hakiki adalah kebahagiaan yang dihasilkan dari sebuah perjuangan positif.
Sementara kebahagiaan karena kemalasan merupakan konsep kebahagiaan yang salah
kaprah, karena datangnya dari sebuah ketidakbenaran.
Menurut
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir nafsu ada 3 yaitu nafsu amarah (kedurjanaan),
lawwamah (keseimbangan), dan muthmainnah (mengarahkan kepada titik pertaubatan
individu yang hakiki). Sedangkan konsep Sigmund Freud ada 3 juga yaitu, id,
ego, dan super ego. Lalu permasalahan kemalasan yang merupakan
bentuk dari penafikan hati nurani bisa dikategorikan dalam ranah id atau
nafsu amarah.
Untuk
menjaga hati agar tetap bisa bekerja sesuai dengan tugasnya dapat dilakukan
beberapa hal yaitu:
1.
Mengakui kekerasan hati diri sendiri
2.
Menjauhkan diri dari syahwat yang tidak sah
penyalurannya
3.
Memperbanyak mengingat Allah SWT.
BAB
3 ; Mengapa Harus Muncul Tinjauan Sebab-Musabab Kemalasan Datang
Keringnya
“Tujuan Hidup Positif” (Pemicu Hadirnya Malas yang Kritis)
Salah satu
pembeda aktif tidaknya seseorang dalam kehidupan terletak pada subur dan
tidaknya tujuan hidup yang dimiliki. Dan salah satu bentuk nyata akibat negatif
dari orang-orang lemah atau keringnya tujuan hidup adalah hadirnya kemalasan
diri. Mereka senantiasa mengedepankan kepasrahan nonproduktif, mengatasnamakan
prinsip tawakal yang salah kaprah.
Kemalasan
bisa datang kepada seseorang bilamana mereka
tidak memiliki rancangan tujuan hidup yang jelas dan tidak kuat
menghadapi kenyataan pahit yang menghadang diri saat perjalanan menuju hari
depan. Untuk itu ada beberapa hal yang harus dilakukan agar terhindar dari kemalasan
yaitu:
1.
Melakukan pembaharuan tujuan hidup.
2.
Pembaharuan niat: menuju kemantapan niat.
3.
Pembaharuan semangat untuk terus berjuang.
Putusnya
Mata Rantai Motivasi: Penghambat Berprestasi dan Pemicu Kemalasan
Hal
terpenting yang tidak boleh ditinggalkan adalah motivasi. Kekeringan motivasi
merupakan salah satu penyebab besar munculnya kemalasan. Motivasi adalah
sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak. Motivasi memiliki
lingkaran mata rantai yang bila salah satunya terputus atau lemah maka akan
mematikan langkah selanjutnya menuju apa yang diinginkan. Ketiga lingkaran mata
rantai itu adalah:
1.
Keadaan terdorong dalam diri seseorang (driving state)
2.
Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini (instrumental behavior)
3.
Tujuan yang dituju oleh perilaku (goal)
Kemiskinan
Kesehatan Mental (Lebih Berbahaya dari Kemiskinan yang Sebenarnya)
Ketika
seseorang telah terjangkiti kemiskinan kesehatan mental maka segala tindak
tanduk yang dilakukan tidak akan terarahkan dengan baik. Kesehatan mental
adalah suatu keadaan di mana seseorang mampu mengkondisikan dirinya sendiri
kearah positivisme-act seperti ketenangan jiwa, pemaksimalan potensi diri, yang
dengan itu semua orang bisa mewujudkan kebaikan-kebaikan tingkah laku yang
kemudian berimbas pada kebahadiaan lahir dan batin. Bila kesehatan mental
seseorang lemah maka yang akan terjadi adalah keputus-asaan dalam penderitaan.
Degradasi
Manajemen Diri (Pangkal Dasar dari Ketidakberdayaan Diri Melawan Kemalasan)
Kemauan
dan kemampuan merupakan dua hal penting dalam konteks manajemen diri
sendiri. Seseorang yang memiliki kekuatan besar dalam me-manage dirinya
akan mampu menghadang dirinya dari keterpurukan karena kemalasan.
Beberapa
fungsi manajemen yang seyogyanya diterapkan dalam diri sebagai tameng yaitu,
perencanaan (planning), mengorganisasikan diri (organizing),
pengawasan (control), dan pembaharuan (inovasi).
BAB 4
; MENUJU REFORMASI KELEMAHAN
(TIPS SUBTANTIF MENGHILANGKAN RASA
MALASYANG BERKEPANJANGAN)
Memberdayakan
Optimistic Attitude
Sikap
optimis adalah salah satu cara untuk melawan kemalasan. Menurut Triantoro
Safaria ada 5 kekuatan utama Optimistic Quotient yang bisa menghalau
penyakit malas yang terlalu dalam, yaitu:
1.
Pengendalian distorsi kognitif
2.
Penguasaan kendali diri (self-control)
3.
Penguasaan penalaran optimistik
4.
Kekuatan transendental coping
5.
Kekuatan visioner
Berkaca
dari Film The Secret (Kebangiktan dari Dunia Kemalasan)
Film The
Secret merupakan film yang muatan “motivasi konstruktif-nya” cukup tinggi untuk
masing-masing personal. Dalam film The Secret ini diterangkan pula bahwa
seseorang terkadang susah mengolah atau me-manage pikiran dengan baik.
Hal inilah yang menjadikan seseorang mengalami kegagalan sebelum impiannya
tercapai.
Ada 3 hal
penting yang bisa dilakukan untuk meraih kesuksesan hidup, yaitu:
1.
Meminta apa saja yang diinginkan oleh diri sendiri dan menuliskan kesemua itu
di kertas.
2.
Mencoba menjawab permintaan yang telah dituliskan.
3.
Tahap menerima dan menghargai apapun yang menjadi keputusan Ilahi atas hasil
yang diperoleh.
Orang
yang Berfungsi Sesungguhnya (Qaul Roggers dalam Meraih Kebermaknaan Hidup untuk
Membebaskan Penyakit Malas)
A.
Pendekatan
Roggers terhadap Kepribadian
Hasil yang diperoleh Roggers
sehubungan dengan konsep kepribadian adalah:
1.
Makhluk
yang sadar dan rasional
2.
Pengalaman
masa lampau
B.
Motivasi
Orang yang Sehat: Aktualisasi
Roggers membagi aktualisasi menjadi
2 bagian yaitu:
1.
Aktualisasi
fisiologis; merupakan aktualisasi yang sifatnya mendasar dan berkaitan dengan
kebutuhan-kebutuhan manusia seperti makanan, air, dan udara.
2.
Aktualisasi
Psikologis; merupakan aktualisasi setingkat lebih tinggi dari aktualisasi
fisiologis. Dimana seseorang mulai menjadi diri sendiri dan mengembangkan
sifat-sifat serta potensi-potensi psikologisnya yang unik.
C.
Perkembangan
Diri
Konsepnya menggunakan self
concept yakni pengertian diri, yang berarti pula usaha dari seseorang untuk
mengerti dan memahami diri akan bagaimana diri sendiri diarahkan. Sehubungan
dengan itu ada 2 arahan yang bisa menentukan akan bagaimana diri sendiri dibawa
yakni:
1.
Penghargaan
positif bersyarat. Contoh: bila tingkah lakunya baik maka akan mendapatkan
cinta dan kasih sayang.
2.
Penghargaan
positif tanpa syarat. Ini yang terbaik karena seseorang akan semakin mudah
mengeksiskan diri dalam ranah kecerdasan kognisi, afeksi, dan psikomotor tanpa
halangan apapun.
D.
Orang yang
Berfungsi Sepenuhnya
Ia memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1.
Keterbukaan
pada Pengalaman
2.
Kehidupan
Eksistensial
3.
Kepercayaan
terhadap Organisme Orang Sendiri
4.
Perasaan
Bebas
5.
Kreatifitas
Pendekatan
Psikoterapi Islam sebagai Penghapus Titik Noda Kemalasan
Pendekatan
ini cukup bisa diandalkan mengingat ada sisi Ilahiyah di dalamnya. Psikoterapi
itu sendiri merupakan pengobatan yang dipusatkan
pada alam pikiran. Tujuannya adalah:
·
Membantu
penderita memahami dirinya.
·
Membantu
penderita dalam mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi.
·
Membantu
penderita dalam menentukan langkah-langkah praktis dan pelaksanaan terapinya.
Metode
penyembuhan psikoterapi Islam melalui tiga metode:
·
Tahap
pembersihan diri
·
Tahap
pengembangan diri
·
Tahap
penyempurnaan diri
PENUTUP
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
buku ini yaitu pada cara penyampaiannya yang begitu menarik, yang di
apresiasikan dalam beberapa contoh dan pendapat-pendapat para ilmuan lain yang
mendukung sehingga mudah dicerna.
Kekurangan
buku ini yaitu dalam penyampaiannya banyak menggunakan bahasa asing.
Assalamualaikum..
BalasHapusselamat malam
mohon info apakah masih ada tentang buku ini?
saya lagi mencari referensi tentang malas.
teerimakasih mohon info ya?
jika ada bisa pesan balik ke hiraganachozurro@gmail.com